Minggu, 10 Oktober 2010

Report Edelweiss

EDELWEISS

Edelweiss (sometimes written eidelweis) or Edelweiss Java (Javanese edelweiss), also known as the Bunga Abadi Anaphalis javanica has a Latin name, is a plant endemic zones alpina / montana in various high mountains of Indonesia. This plant can reach a maximum height of 8 m with a trunk reaching for the human foot, although generally not exceed 1 m. Plants that flower often seen as a symbol of love, sincerity, sacrifice, and eternity is now categorized as rare plants. Edelweiss is also a pioneer plant for young volcanic soils in mountain forests and able to maintain its existence in a barren land, being able to form mycorrhizae with certain soil fungi that effectively expand the area covered by the roots and increase efficiency in the search for nutrients.
At the summit of Mount Gede, Edelweiss flower (Leontopodium alpinum) can be found. This flower is white-greenish-gray. They grow to form a small hedge in permukanan ground. When picked and stored in a dry place and room temperature, this rate will not change color as if he were still alive and everlasting. This is the specialty so that he often became a symbol of love for a teenage boy to his girlfriend.
The leaves are long, thin and hairy, and the center of the orange flowers and flower heads that resemble daisies. Edelweiss flower could reach more than 100 years old, that's called eternal flowers.These types of pioneer plants strong and started inhabiting the barren slopes by fire. Edelweiss suitable to grow in the heat conditions in open areas in the crater and the summit, can not compete to grow in dark and humid forest.
The flowers are very favored by the insect, more than 300 kinds of insects such as fleas, tirip, butterflies, flies, wasps and bees seen visiting. If the plant is allowed to grow branch branches sturdy enough, edelweiss can become nesting places for birds Tiung Myophonus glaucinus sly stone.
Edelweiss parts often are picked and brought down from the mountains for reasons of aesthetic and spiritual, or just a memento by the climbers. Within certain limits and along the only pieces - small pieces that are picked, this pressure can be faced.Unfortunately greed and false hopes have been sacrificed many populations, especially populations located in the paths.
The research has been done shows that edelweiss can be propagated easily by cutting the branches. Therefore, the pieces may be sold to visitors to reduce pressure on wild populations.
This flower is white average gray-green and yellowish white. Many say that there edelweiss purple, blue, and red. The truth is still a mystery. This flower grows to form a small hedge in permukanan ground. When picked and stored in a dry place and room temperature, this rate will not change color as if he were still alive and everlasting. This is the specialty so that he often became a symbol of love for a teenage boy terdadap lover. It is also likely to provoke the climbers to pick and bring him home. This flower will not wilt if it is picked, but this interest will only be dry.
Edelweiss flower (Leontopodium alpinum) are often mentioned as a perennial flower growing in the open and humid contained in a particular mountain peak or slope, such as Mount Gede, Malabar, Papandayan, Cikurai, Guntur, etc.. In botany, flowers are formed naturally from the heap humus and requires at least five years to grow and bloom.

Versi Indonesia

Edelweis (kadang ditulis eidelweis) atau Edelweis Jawa (Javanese edelweiss) juga dikenal sebagai Bunga Abadi yang mempunyai nama latin Anaphalis javanica, adalah tumbuhan endemik zona alpina/montana di berbagai pegunungan tinggi Indonesia. Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian maksimal 8 m dengan batang mencapai sebesar kaki manusia walaupun umumnya tidak melebihi 1 m. Tumbuhan yang bunganya sering dianggap sebagai perlambang cinta, ketulusan, pengorbanan, dan keabadian ini sekarang dikategorikan sebagai tanaman langka. Edelweis juga merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara.
Di puncak Gunung Gede, bunga Edelweiss (Leontopodium alpinum) bisa ditemukan. Bunga ini berwarna putih-abu-kehijauan. Mereka tumbuh membentuk rimbunan kecil di permukanan tanah. Ketika dipetik dan disimpan di tempat kering dan temperatur ruangan, bunga ini tidak akan berubah warna seolah-olah ia tetap hidup dan abadi. Inilah keistimewaannya sehingga ia sering menjadi lambang kecintaan seorang remaja pria terhadap kekasihnya.
Daunnya yang panjang, tipis dan berbulu lebat serta bagian tengah bunganya yang berwarna oranye dan kepala bunga yang menyerupai bunga aster. Bunga Edelweis bisa mencapai umur lebih dari 100 tahun, untuk itulah disebut bunga abadi. Jenis ini tumbuhan perintis yang kuat dan mulai mendiami lereng yang tandus akibat kebakaran. Edelweis cocok tumbuh pada kondisi panas terik di daerah terbuka di kawah dan puncak, tidak bisa bersaing untuk tumbuh di hutan yang gelap dan lembab.
Bunga-bunganya sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan dan lebah terlihat mengunjunginya. Jika tumbuhan ini cabang cabangnya dibiarkan tumbuh cukup kokoh, edelweis dapat menjadi tempat bersarang bagi burung tiung batu licik Myophonus glaucinus. 
Bagian-bagian edelweis sering dipetik dan dibawa turun dari gunung untuk alasan-alasan estetis dan spiritual, atau sekedar kenang-kenangan oleh para pendaki. Dalam batas tertentu dan sepanjang hanya potongan - potongan kecil yang dipetik, tekanan ini dapat dihadapi. Sayangnya keserakahan serta harapan-harapan yang salah telah mengorbankan banyak populasi, terutama populasi yang terletak di jalan-jalan setapak.
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa edelweis dapat diperbanyak dengan mudah melalui pemotongan cabang-cabangnya. Oleh karena itu potongan-potongan itu mungkin dapat dijual kepada pengunjung untuk mengurangi tekanan terhadap populasi liar.
Bunga ini rata-rata berwarna putih–abu-kehijauan dan putih kekuning-kuningan. Banyak yang mengatakan bahwa ada edelweis yang berwarna ungu, biru, dan merah. Kebenarannya masih sebuah misteri. Bunga ini tumbuh membentuk rimbunan kecil di permukanan tanah. Ketika dipetik dan disimpan di tempat kering dan temperatur ruangan, bunga ini tidak akan berubah warna seolah-olah ia tetap hidup dan abadi. Inilah keistimewaannya sehingga ia sering menjadi lambang kecintaan seorang remaja pria terdadap kekasihnya. Hal ini jugalah yang memancing para pendaki untuk memetik dan membawanya pulang. Bunga ini tidak akan layu jika sudah dipetik tetapi bunga ini hanya akan mengering.
Bunga edelweis (Leontopodium alpinum) yang sering disebut-sebut sebagai bunga abadi tumbuh di tempat terbuka dan lembab yang terdapat di puncak atau lereng gunung tertentu, seperti Gunung Gede, Malabar, Papandayan, Cikurai, Guntur, dll. Dalam ilmu botani, bunga tersebut terbentuk secara alami dari timbunan humus dan memerlukan waktu sedikitnya lima tahun untuk tumbuh dan berbunga.

1 komentar: